PROSES KRISIS AIR BERSIH (PERANG DUNIA III)



ilustrasi : perang perebutan sumber daya alam di dunia

Perang dunia dapat diartikan sebagai perang berskala besar yang melibatkan sebagian negara yang jangkauannya antar benua dengan melibatkan persekutuan militernya. Untuk kasus Perang Dunia III akan dipacu oleh persoalan krisis lingkungan dan air bersih. Ibarat bom waktu saja, kapan, dimana akan terjadi Wait and See.
Kembali mengingat sejarah terjadinya PD I dimulai sejak 28 Juli 1914 sampai  11 November 1918, dalam perang ini melibatkan negara eropa, Afrika, Timur tengah,Kepulauan Pasifik, Cina, dan lepas pantai Amerika selatan dan Utara. Dalam perang ini menghasilkan Berakhirnya kekaisaran Jerman, Rusia, Utsmaniyah, Austria dan Hongaria, Sedangkan PD II mulai 1 september 1939 hingga 2 september 1945 dalam perang ini melibatkan banyak sekali negara, seperti Eropa,Pasifik,Atlantik, Asia tenggara, Tiongkok, Timur Tengah, Mediterania, Afrika dan Amerika Serikat. Hasil dalam perang ini adalah Pembubaran Riech Ketiga, Pembentukan PBB, kemunculan Amerika serikat dan Unisoviet sebagai kekutan super.
Lantas bagaimana dengan Perang Dunia ketiga, apa yang akan dihasilkan? Disadari atau tidak saat ini sudah terjadi dikehidupan kita, sifat perangnya masih bermodelkan Negosiasi dan Bisnis untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya. Suatu contoh Privatisasi air bersih adalah cara exploitasi sumber daya alam untuk keuntungan pribadi.

Krisis Lingkungan Dan Air Bersih 
 Pembaca tentu masih ingat ketika terjadi kekeringan baik ditanah air mapun beberapa negara di Dunia. Seorang Enviromentalis Inggris, Chiras (2009) menyebutkan bahwa kekurangan air disebabkan oleh tiga faktor yakni 1) Kebutuhan yang terus meningkat (rising demand) 2) Distribusi air tawar yang tidak merata (unequal Distribution ) dan 3) Pencemaran air yang semakin meningkat (Increasing Pollution).

Sedangkan WBCSD (2005)  mengidentifikasi empat penyebab kekurangan air yaitu: 1) pengambilan air permukaan yang berlebihan, 2) pengambilan air bawah tanah yang berlebihan, 3) polusi air, dan 4) pemakaian air yang tidak efisien
Kebutuhan dan persediaan air telah menjadi perhatian negara-negara di seluruh dunia, terutama jika persediaan air tidak dapat memenuhi kebutuhan. Bahan diperkirakan perang antar negara-negara di dunia di masa mendatang tidak untuk memperebutkan sumber daya minyak atau batas negara tetapi untuk memperebutkan akses ke sumber daya air bersih (Ghali 2005 dalam Samuel U. Ukata et.al. 2011).
kadang kita harus marah jika melihat Kran air dikamar mandi atau tempat yang menyediakan toilet umum, air terbuang dengan sia-sia. Kita bukan seorang apatis yang tidak peduli dengan lingkungan, bahkan di ajaran islam kita diminta untuk menjaga kualitas bumi dan air dari ciptaan Allah Swt. Rasanya kita sudah tidak punya malu lagi, bahkan rasa memiliki lingkungan bersih, sehat dan berkelanjutan jauh dari keinginan kita. Padahal orang yang seperti itu , merupakan salah satu orang yang akan merusak kualitas lingkungan, orang yang akan memperpendek umur lingkungan. Harusnya kita marah, dan mau rendah hati untuk mengingatkan mereka.
Begitu mahalnya air bersih
Kurang dari 10 negara memiliki 60% dari persediaan air bersih seluruh dunia yaitu Brazil, Russia, China, Canada, Indonesia, U.S., India, Columbia dan Republik Demokratik Congo dan 40% sisanya tersebar di negara-negara lain (WBCSD, 2005). Persebaran persediaan air yang tidak merata yang diperburuk dengan adanya perubahan iklim, banjir, kekeringan, dan kecepatan pemakaian air yang lebih cepat oleh siklus hidrologi menyebabkan lebih dari separuh bangsa di dunia menderita kekurangan air (U.S. Geological Survey dalam wellcare® info on Water Conservation 2003; WBCSD, 2005; Chiras, 2009, pg. 247).
Polusi air di negara berkembang lebih banyak disebabkan oleh kotoran manusia dan binatang, organism pathogen dari kotoran, pestisida, limbah kegiatan pertanian dan penebangan kayu. Sedangkan di negara maju polusi air lebih banyak diakibatkan oleh gaya hidup dan kegiatan industri yang menghasilkan limbah bahan kimia beracun (Chiras, 2009, pg. 464). Tentu kita tidak menginginkan kejadian serupa seperti di China, dimana polusi air dan udara dapat menjadi penyebab banyak kematian (Junfeng Zhang, et.al., 2010).
Kekurangan air akan membawa dampak  pada generasi sekarang  namun juga pada generasi yang akan datang terutama di daerah yang rawan kekeringan. Pada dekade mendatang diperkirakan krisis air akan terus berlanjut, menjadi lebih parah, dan bahkan menimbulkan masalah lingkungan yang serius pada arah global jika tidak segera dilakukan upaya penghematan air (Callopin & Rijsberman 2000 dalam Bithas, 2008).
Bithas (2008) menyatakan masalah kekurangan air bersih akan berakibat: a) peningkatan persaingan mengakses sumber daya air bersih, b) memperburuk deficit air di daerah yang mengalami kekeringan, c) degradasi ekosistem air, dan d) penurunan kualitas sumber daya air. Menghemat air adalah cara untuk menjaga kualitas lingkungan agar umurnya lebih panjang.

Setiawan Widiyoko, ST, SH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran anda adalah cambuk motifasi penulis