PANDANGAN ISLAM - KRISTEN DALAM KELESTARIAN LINGKUNGAN

Keberlangsungan bumi menjadi tanggung jawab kita bersama
Memang banyak persamaan diantara agama, disamping perbedaan yang sangat menonjol, terutama masalah keimanan yang akhirnya mengalami perkembangan sesuai pengalaman batinnya masing-masing (Watch Tower and Tract Society:1991 hal 19).


Tentu kita akan mempertimbangkan fenomena plurarisme agama, maka akan didapati fakta yang menyedihkan. Di Bosnia umat Ortodoks, Katolik dan Islam saling membunuh, Di Irlandia Utara, umat Katolik dan Protestan saling bermusuhan. Di Timur Tengah, ketiga cucu Nabi Ibrahim, Umat Yahudi, Kristen dan Islam saling menggunakan bahasa kekerasan. Di Sudan senjata adalah alat komunikasi antar umat beragama Islam dan Kristen. Di Khasmir pengikut Hindu dan umat Muhammad saling bersitegang. Di Srilanka kaum Budha dan kelompok hindu bercakar-cakaran. Di Armenia Azerbaijanm, umat Kristen dan Islam saling berlomba untuk berkuasa dan di Rohingya umat Islam di bantai oleh umat Budha karena politik kekuasaan. Semoga di Indonesia konflik antar agama tidak akan terulang kembali seperti kisah di Ambon Maluku utara.

Dalam tulisan ini penulis tidak akan membahas mengenai prulalisme melainkan mengenai kesamaan ajaran agama terhadap kelestarian lingkungan hidup. Mengutip jurnal internasioanl yang berjudul Islam and Environmental conservation (E.Kula, 2000). Dalam penelitian itu dijelaskan bahwa lebih dari 30 tahun iman Yahudi Kristen dan Islam telah melakukan perdebatan mengenai kondisi lingkungan saat ini, berdebatan itu menghasilkan kesimpulan bahwa manusia harus menghormati dan menjaga lingkungan, melalui etika yang di wujudkan dari spiritualitas hubungan manusia dengan tuhan Nya.

Pendapat itu diperkuat oleh seorang konservasionis (keraf, 2010) dalam bukunya etika lingkungan. Menjaga kualiatas lingkungan bukan hanya dari kebijakan saja, malainkan melalui etika yang mendasari pentingnya menjaga kualiatas lingkungan.

sedangkan saintis Fritjof Capra  memandang krisis lingkungan yang saat ini terjadi bermuara pada problem nilai moral dan spiritualitas. Manusia modern  memandang alam semesta sebagai objek yang selalu diekploitasi secara berlebih. Untuk itu pandangan manusia harus di rubah pada cara berfikir untuk paradigma holistik dan ekologis.

Pandangan Islam
Islam memandang bahwa lingkungan mencakup seluruh kegiatan manusia, maka dari lingkungan alami dilihat  dari dua sudut yakni sudut ruang (spasial) dan sudut waktu (temporal). Sudut ruang merupakan perjalanan ekosistem diantara unsur yang mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan dari sudut waktu, kegiatan manusia di lihat untuk masa depan, dari generasi ke generasi lainnya

Jagat raya dan sesisinya adalah ciptaan Allah termasuk langit, bumi dan lainnya. Alla SWT menciptakan manusia tidak hanya berbeda dengan mahkluk lainnya, tetapi juga member kelebihan yang tidak diberikan kepada yang lainnya. Allah menciptakan manusia dalam wujud yang sebaik baiknya (Qs. At-Tin:4)

Manusia memiliki kelebihan dan kesitimewaan sebagai mahkluk yang terhormat dan memperoleh martabat yang tinggi diantara mahkluk lainnya, bahkan ia dimuliakan Oleh Allah SWT (QS. Al-Isra:70). Martabat manusia yang mulia , yang mengemban amanah luhur tidak sanggup di emban oleh mahkluk lain seperti tumbuhan, jin bahkan malaikat, karena manusia dibekali tuhan dengan akal, perasaan dan nafsu. Maka manusia pantas untuk memegang amanah (Q.S. Al-Ahzab:72)
 
Q.S. Al-Ahzab: 72
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh

Dalam memanfaatkan dan memakmurkan bumi, Allah melarang manusia berbuat kerusakan, karena kerusakan alam itu akan mengakibatkan kerusakan pula bagi manusia. (QS. Ar-Rum:41).


Q.S Ar-Rum: 41

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Sebuah anjuran kepada manusia untuk memelihara kelestarian alam merupakan upaya untuk menjaga limpahan nikmat Allah secara berkesinambungan. Sebaliknya jika membuat kerusakan di muka bumi, akan mengakibatkan timbulnya bencana terhadap manusia  (Al Qashas:77)
 
Al Qashas: 77
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan

Dari uraian diatas dapat kita pahami dan kita yakini, hubungan manusia dengan alam sekitarnya adalah hubungan yang terkait satu dengan yang lain. Alam semesta ciptaan Allah dan lingkungan tempat kita hidup merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia.


Pandangan Kristen
Sedangkan Kristen memandang Alam, yakni buah kerja tindakan kreatif Allah, bukanlah seteru yang berbahaya. Allah sendirilah yang telah menciptakan segala sesuatu, dan berkenaan dengan masing masing realitas tercipta “Allah melihat bahwa semuanya itu baik” (bdk.Kej 1:4,10,12,18,21,25).

Pada puncak ciptaan ini, yang adalah “sungguh amat baik” (Kej 1:31), Allah menempatkan manusia. Hanya kedua manusia itulah, di antara semua makhluk ciptaan lainnya, yang diciptakan Allah “menurut gambar-Nya” (Kej 1:27).

Tuhan mempercayakan segenap ciptaan kepada tanggung jawab keduanya, dengan memberi mereka kewenangan untuk memperhatikan keselarasan serta perkembangannya (bdk. Kej 1:26-30).

Ikatan yang khusus ini dengan Allah menjelaskan posisi istimewa dari pasangan manusia pertama dalam tatanan ciptaan dan Allah menghendaki agar manusia menjadi raja ciptaan. Manusia tidak boleh semaunya sendiri mendayagunakan bumi, dengan menaklukkannya tanpa syarat kepada kehendaknya sendiri, seolah-olah bumi tidak mengemban tuntutan dan tujuannya sendiri yang sejak semula diterimanya dari Allah, dan yang semestinya dapat manusia kembangkan namun tidak boleh ia khianati.

Bila ia bertindak demikian maka “alih-alih menjalankan tugasnya sebagai mitra Allah dalam karya penciptaan, manusia justru mau menggantikan tempat Allah, dan dengan demikian akhirnya membangkitkan pemberontakan alam, yang tidak diaturnya tetapi justru disiksanya.
Jika manusia campur tangan dalam alam tanpa melecehkan atau merusakkannya, maka kita dapat mengatakan bahwa ia “campur tangan bukan dalam rangka mengubah alam melainkan untuk memicu perkembangannya seturut kehidupannya sendiri, yakni sesuai dengan penciptaan yang Allah kehendaki. Tatkala bekerja dalam ranah yang jelas-jelas pelik dan rumit ini. Manusia  mesti menaati rancangan Allah. Allah menghendaki agar manusia menjadi raja ciptaan. Pada ujung-ujungnya, Allah sendirilah yang menawarkan kepada manusia kehormatan untuk bekerja sama dengan kekuatan penuh daya nalar mereka dalam karya penciptaan.

Perbedaan itu indah jika saling mengasihi
Islam dan Kristen memiliki keyakinan yang berbeda dalam hubungan manusia dengan tuhan Nya, tepai kedua ajaran ini memiliki kemiripan dalam memandang manusia dengan alam termasuk kwajiban dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Manusia diperbolehkan untuk mengelola bumi, tanah dan air untuk kebutuhan teknologi dan pendidikan dengan batasan tidak merugikan untuk lingkungan sekarang dan masa depan. Jika manusia melanggarnya maka azab yang pedih akan segera menimpa manusia seperti bencana alam, banjir bandang, Tsunami, Tanah Longsor, Polusi Udara, Polusi Tanah, Polusi Air, pencemaran air bersih. Jika azab itu sudah datang maka kiamat menurut ilmu lingkungan semakin mendekat.

Referensi:
  1. Islam dan Lingkungan Hidup/KLH/DEPAG RI cetakan pertama, 1997, Fatma Press Jaksel
  2. Kopendium ajaran sosial Gereja
  3. Al Qur'an Digital
  4. http://bacailmuonline.blogspot.com/2012/06/pluralisme-agama-menurut-islam.html


Grobogan, 4 Juli 2015

Setiawan Widiyoko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran anda adalah cambuk motifasi penulis