Pengolahan Sampah Pintar

Dokpri: Pemisahan sampah

Pencemaran dan kerusakan lingkungan saat ini sudah pada ambang batas kritis, menurut data yang di himpun kementrian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK) pada tahun 2015 sebanyak 67,94 persen sungai di Indonesia dalam status tercemar berat.hanya sekitar 2 persen yang memenuhi standar baku mutu lingkungan. Dalam tulisan ini sedikit membahas mengenai sampah pintar yang menuai keberkahan pengelolanya.


Baku mutu lingkungan sendiri menurut UU No. 23 tahun 1997 adalah ukuran atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang di tenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

sedangkan pencemaran itu sendiri akibat dari kegiatan manusia yang memasukkan suatu zat, energi dan atau komponen lain yang berakibat menunrunnya kualitas lingkungan baik secara fisik dan/hayati sehingga tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya dan tidak dapat menunjang sebagai pembangunan berkelanjutan.

 Selama ini kita menganggap bahwa pencemaran sungai adalah hasil dari limbah industri, padahal tidak demikian limbah domestik rumah tanggalah yang paling besar dalam membuat kerusakan lingkungan menurut Dirjen Pengendalian Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup M.R. Karliansyah atau Karli dalam diskusi interaktif pekan lingkungan hidup 2016 di Jakarta Convention Center.

Adapun limbah domestik itu seperti tinja, bekas air cucian dapur dankamar mandi, sampah rumah tangga yang di buang di sungai, termasuk limbah peternakan, industri dan pertanian.

Sungai merupakan sumber utama air bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, misalnya seperti air PDAM yang selama ini digunakan oleh sebagain masyarakat merupakan air sungai yang di olah hingga bening, bersih dan tidak berbau. bayangkan jika sungai tercemar dengan banyaknya limbah ini akan berakibat pada penurunan kesehatan masyarakat, maupun biota alam lainnya yang mengkonsumsi air sungai tersebut.

Upaya yang harus di lakukan

Adapun upaya yang dapat dilakukan dengan cara membangun Instalasi Pengelohan Air Limbah (IPAL). Namun upaya ini banyak yang keberatan karena biayanya cukup mahal, maka Negara melalui Undang-undang mewajibkan setiap usaha yang dalam kegiatannya mengeluarkan limbah wajib memiliki IPAL misalnya seperti Rumah Sakit, Hotel, Industri Garmen dan Industri lainnya dalam skala besar.

lantas bagaimana jika lingkungan sebuah lembaga pendidikan, lembaga masyarakat yang mengeluarkan limbah domestik. hal ini dapat dilakukan melalui inisiatif peran dan komitmen masyarakat dalam menanggulangi dampak pencemaran lingkungan. misalnya seperti tidak membuang sampah sembarangan, mimilah milih sampah untuk dapat di daur ulang.

Banyak masyarakat yang sudah memberdayakan sampah menjadi berkah, misalnya di kota Malang warga kampungnya kompak untuk bebas dari sampah. ada juga seorang dokter di Malang mendapatkan penghargaan setelah memanfaarkan sampah sebagai  pembayaran tiap periksa ke kliniknya lantaran banyak masyarakat yang kurang mampu. Dari sampah itu di daur ulang kembali, akhirnya hampir seluruh masyarakat sekitar tidak ada yang menganggur.

Inisiatif dan komitmen

Kali ini Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) melalui Lazis (Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqah ) Sultan Agung, menerapkan program "Pengolahan limbah terpadu, dari sampah menjadi berkah.
Dokpri: Alat Pengolah limbah
Lingkungan dan alam bagian yang tidak terpisahkan, demikian Keraf, 2004 dalam bukunya Etika Lingkungan. jika ingin hidup lebih lama dan berkelanjutan maka pedulilah dengan lingkungan.

Perlu di apresiasi bahwa pemberdayaan sampah adalah sulit, tapi manakala dilakukan dengan ke ihklasan sebagai kepentingan untuk kehidupan manusia mendatang akan menjadi lebih indah. karena kesehatan akan selalu dalam sekeliling kita.

Laziz Sultan Agung sudah memulainya dengan cara memperdayakan sampah domestik dari kantin kampus  Unisssula untuk dapat dikembangkan menjadi barang yang berguna sebagai pupuk dan bio gas. ini peluang dan kepedulian dua hal yang mendasari. Unissula adalah sebuah kampus yang setiap harinya ada interasksi sekitar 1000 mahasiswa, karyawan dosen dan pengusaha makanan, maupun pengusaha produk dalam kampus. mereka setiap hari mengeluarkan sampah, jika tidak diperdayakan lambat laun Unissula akan menjadi tumpukan sampah yang tidak enak untuk di pandang bahkan bernafaspun terpaksa karena udaranya tercemar.


Bagaimana Caranya

Caranya sangat sederhana, dan memerlukan kerjasama antara pengusaha di kantin dengan pengelola. mereka memulainya dengan cara memilah milah sampah dalam lima jenis, tiap jenis sampah di buang dalam Drum yang berbeda.

Dokpri: hasi lendir sampah untuk pupuk organik

Misalkan seperti sampah sayuran, sampah minuman yang mengandung gula, sampah kulit telur, sampah nasi dan tulang, sampah elektronik, sampah daun, dan sampah kertas. mereka pisah pisahkan semua itu. Tiap hari ada petugas Laziz Sultan Agung yang akan mengambil untuk di kumpulkan lalu di oleh menjadi barang yang lebih berguna. adapun seperti hasil lendir sampah bisa di fungsikan sebagai pupuk organik.

Jika saja tiap orang memiliki komitmen yang sama untuk peduli terhadap kesehatan dan bersih dari sampah, tidak akan mustahil kita akan melihat lingkungan sekeliling yang indah dan sehat. pasti ini dambaan setiap manusia.

Sampah yang kini di buang sia-sia dan tidak berarti, ke depan sampah akan menjadi barang yang berharga untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat


Salam

Setiawan Widiyoko







2 komentar:

  1. Info sangat bermanfaat, perlu dibudayakan di setiap wilayah yg berpotensi timbulnya sampah

    BalasHapus
  2. Betul pak azhar mari kita budayakan lingkungan bersih dengan ihklas

    BalasHapus

Saran anda adalah cambuk motifasi penulis