Perubahan Iklim Sindrom Tata Ruang

Bumiku di guyur hujan semalam, angin bertiup kencang hingga memecah suasana sunyinya malam, teringat kabar saudara kita di Garut belum tuntas oleh masalah Banjir, begitupun juga Banjarnegara dengan tanah longsor rutin setiap tahun, belum lagi masalah Ibu kota propinsi Jawa tengah, dengan Rob dan kemacetan atau ibu kota negara yang penuh dengan problem perkotaan. ditambah lagi adanya El nino dan La lina membuat gelisah karena kini perubahan iklim sudah terjadi. tulisan ini akan menginspirasi kita akan pentingnya kelestarian lingkungan. 



Manusia tidak akan terpisahkan oleh lingkungan demikian menurut pandangan antroposentris dan Biosentris. Bumi ada sejak dulu  hingga sekarang dan untuk masa depan, manusia dilahirkan secara fitrah untuk menjadi bagian dari sejarah bumi yang pada akhirnya akan menjadi sejarah alam semesta (Keraf, 2004)

Sebagai manusia kita sadari adanya tanggung jawab yang besar atas keberlangsungan keutuhan bumi. Langkah ini dimaksudkan untuk mewarisi keberlangsungan lingkungan kepada anak cucu dimasa mendatang. Hari ini kita telah merasakan adanya krisis lingkungan, energi, pangan dan bencana alam. Seperti kasus baru baru ini bencana tanah longsor di Banjanegara , banjir bandang di Garut, gelombang laut yang tidak menentu, kejadian elnino yang membuat panen puso hingga petani bangrut. 

Negara lain seperti India mengalami hal serupa dengan kejadian gelombang panas mencapai 50 derajat celcius yang mengakibatkan lebih dari 2000 orang meninggal, banyak hewan dan tumbuhan mati mengering.

Setidaknya perlu memahami pepatah cina kuno yang mengatakan manusia harus mengetahui masa lalu hal ini bertujuan untuk mempelajari hal baru demi kebutuhan mendatang. Situasi saat ini bukanlah sama seperti dimasa lalu, penemuan teknologi baru terus ada, begitu pula bencana alam dan perubahan lingkungan semakin beragam kasusnya. 

Sejak Revolusi Industri, manusia telah mencari kekayaan dan kemakmuran dengan cara ekploitasi lingkungan, energi dan sumber daya alam. Anehnya kekayaan negara yang melimpah tersebut sudah di privatisasi secara liberal oleh kapitalis. Sedangkan negara belum mengelola semua sektor energi tersebut secara maksimal. karena Alam telah dianggap memiliki potensi yang tak terbatas untuk memproses limbah energi dan sumber daya.

Dari kegiatan manusia yang demikian itu berdampak pula pada perubahan yang ada di Bumi, termasuk yang saat ini sedang menjadi masalah dunia tentang perubahan iklim yang segera perlu ditangani demi pembangunan keberlanjutan (environment sustainable) . Perubahan iklim saat ini sudah dapat dirasakan setiap warga negara, jika 100 tahun yang lalu bumi memiliki tingkat kehangatan 0,7 ° C . Saat ini tingkat kehangatan tersebut naik antara 1,4 sampai dengan 5, 8° C.

Pembangunan industri dinegara maju bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dunia meskipun emisi karbon yang dikeluarkan sangat tinggi. Menurut google data,2016 penggunaan emisi Co2 menurut grafik teratas masih diduduki oleh Amerika serikat, disusul oleh negara Jerman, Jepang dan China artinya negara-negara yang dalam penggunaan emisi karbon terlalu tinggi dapat mengakibatkan perubahan iklim dinegara tetangga, seperti Indoensia, India dan Negara berkembang lainnya, hal ini dikarenakan proses panas yang terjadi negara industri terbawa oleh angin naik ke atmosfer dan terjadilah pemanasan global.


Tata ruang  berkelanjutan
Pembangunan tata ruang yang humanis dan berkelanjutan terus di upayakan sebagai langkah penghematan energi yaitu dengan menemukan teknologi-teknologi baru agar manusia dapat menerima kenyataan akan perubahan iklim yang sudah terjadi.

Perubahan iklim sendiri tidak terjadi secara alami, melainkann ulah dari manusia yang meng exploitasi alam tanpa batas. Terlebih peningkatan populasi manusia akan berdampak pada kebutuhan sumber daya, alam dan energi di bumi. 

Seorang Environmentalis Garret Hardin memprediksikan dengan adanya populasi yang besar tanpa adanya sutu pembatasan akan berdampak buruk atas rusaknya kesehatan ekologis planet bumi termasuk kesejahteraan manusia didalamnya.

Yang perlu dilakukan sekarang ini agar tara ruang tetap humanis adalah pertama: Bagaimana pemerintah membuat kebijakan untuk memprioritaskan usaha usaha mengurangi kerentanan di sekoktor-sektor sensitif terhadap variabilitas ikllim seperti hutan, energi dan sumber daya air. Kita tidak menginginkan kejadian The Great Smog of 1952 (Asap kabut hebat dampak industri tahun 1952) menghitamkan seluruh langit London yang membunuh sekitar 12.000 orang, 

Kedua : menekan populasi manusia sebagai upaya untuk menyeimbangkan antara manusia dan sumber daya yang ada dibumi. Bayangkan jika bumi penuh sesak oleh manusia, mungkinkah masih dapat menopang selamanya atau akan hancur, musnah karena bencana akan datang silih berganti, hal ini dapat di baca pada tulisan Kiamat teori agama dan lingkungan.

Ketiga : merubah gaya hidup untuk hemat energi mulai dari peralatan pribadi seperti penggunaan elektronik yang energinya paling efesien. Kurangi penggunaan kantong plastik yang susah untuk di daur ulang, hemat listrik dalam ruangan dan nikmati sinar matahari selagi bisa, kurangi penggunaan kertas dan hemat air. Karena penggunaan air yang berlebih dan tidak terbatas saat ini telah berdampak pada penurunan muka air tanah, ini artinya air bawah tanah di ambil dan air laut mendekat ke daratan, fenomena inilah yang saat ini sedang terjadi di hadapan kita semua.

Teknologi baru belum tentu akan menjawab masalah krisis lingkungan, karena dalam segi pembiayaan sangat mahal dan tiap individu nantinya belum tentu dapat menikmati teknologi tersebut tanpa adanya subsidi dari pemerintah, maka cintailah bumimu jika ingin hidup berkelanjutan.

Grobogan, 28 September 2016

Salam
Setiawan Widiyoko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran anda adalah cambuk motifasi penulis