LEGENDA DIENG BOCAH TITISAN KYAI KOLO DETE

Dataran tinggi Dieng Wonosobo Jawa tengah memiliki segudang legenda, salah satu legenda yang terkenal di Dieng adalah mengenai Kolo dete, cerita ini memiliki banyak versi. Menurut masyarakat sekitar Dieng,  Kyai Kolo Dete merupakan seorang penyebar agama islam yang berambut gimbal
 
Orang Dieng Menyebutnya Titisan Mbah Kolo Dete


Sebuah fenomena yang kami temukan di  Dataran Tinggi Dieng hingga sekarang belum bisa dijelaskan secara ilmiah bahkan ini bisa dikatakan sebagai fenomena mistis. Fenomena tersebut adalah adanya bocah berambut gimbal atau gembel. Masyarakat Dieng menyebut bocah berambut gimbal dengan sebutan anak gembel. Ini karena rambut gimbal sering dikaitkan dengan orang yang jarang mandi atau malas mengurus tubuh mereka. Padahal, anak-anak berambut gimbal di Dieng merupakan anak-anak yang terawat


Pemerintah kabupaten Wonosobo melalui Perda mewajibkan Budaya Potong rambut Gimbal rutin diadakan setiap bulan desember, sebagai bentuk budaya yang harus di lestarikan untuk mengingat kembali budaya leluhur dan kedua hal ini dapat menarik wisatawan mancanegara. Menurut masyarakat Dieng saat upacara potong rambut Gimbal bulan desember jalanan Dieng berjubel pengunjung bahkan jika kita menggunakan kendaraan roda empat akan kita dapati kemacetan dimana mana dengan kecepatan Nol kilo meter.

Keberuntungan disaat mengunjungi Sikunir Dieng dengan telaga cebong nya,  kami bertemu dengan Aris, seorang  anak kecil berambut gimbal yang kocak,lucu, pemalu pemarah dan juga cerdas .Aris merupakan anak ke 2 dari keluarga sedehana yang tinggal di desa Sembungan atau bukit Sikunir. Menurut orang tuanya muncul rambut gimbal ketika Aris menginjak usia enam bulan. Tahun ini ada delapan anak berambut gimbal, tiga di Sikunir dan lima anak dari Dieng. Dari delapan anak ini belum ada permintaan untuk di potong rambutnya. Orang tua Aris dalam ceritanya pernah dua kali memotong rambut gimbalnya, hanya untuk merapikan saja. Tapi yang terjadi Aris sakit panas selama 15 hari dan sembuh setelah datang ke sesepuh yang dituakan di daerah tersebut. Aneh tapi nyata, inilah fenomena mistis yang saat ini masih terjadi di Dieng.

Berkomunikasi Dengan Aris Bocah Berambut Gimbal

 warga setempat membenarkan, bahwa Aris merupakan titisan dari kyai Kyai Kolo Dete , bagaimana tidak hal ini menjadi keanehan tersendiri kedua orang tua Aris tidak memiliki rambut gimbal,anak pertama juga tidak berambut gimbal tapi anak keduanya berambut gimbal.  Menurut masyarakat Dieng, anak-anak berambut gimbal merupakan titisa dari Kyai Kolo Dete. Kyai Kolo Dete merupakan salah seorang punggawa pada masa Mataram Islam (sekitar abad 14). Bersama dengan Kyai Walid dan Kyai Karim, Kyai Kolo Dete ditugaskan oleh Kerajaan Mataram untuk mempersiapkan pemerintahan di daerah Wonosobo dan sekitarnya. Kyai Walid dan Kyai Karim bertugas di daerah Wonosobo, sementara Kyai Kolo Dete bertugas di Dataran Tinggi Dieng. (http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/anak-anak-rambut-gimbal-di-dieng-titipan-kyai-kolo-dete)

orang tua Aris kesehariannya bekerja sebagai petani, jika hari jumat, sabtu dan minggu atau saat musim liburan orang tuanya membuka warung di area  Telaga Cebong dengan menjual nasi rames,  gorengan, mie rebus,mie goring, arem-arem, roti, kopi dan kayu bakar untuk pengunjung yang akan bermalam menggunakan tenda.

Shampo Apapun Tidak Akan Mempan Memudarkan Gembelnya
Rambutnya yang gimbal, tingkahnya yang lincah dan cerdas membuat para wisatawan ingin sekali bisa mendekati dan berinteraksi dengannya. Walaupun tidak mudah untuk bisa berfoto atau sekedar ngobrol dengan Aris. Mngkin butuh pendekatan atau chemistri tersendiri biar bisa mengajaknya berinteraksi. Ada syarat yang dia ajukan untuk bisa berfoto dengannya, misalnya memberikan uang saku atau sebatang rokok. Meskipun usianya baru 4 tahun, Aris sangat mahir  menghisap rokok, sesekali ia tiupkan kepulan asap rokoknya ke atas, sambil menhisap udara lewat sela-sela lidah yang di tempelkan ke giginya hingga bersuar…ssszzzzzzttt………….. menandakan begitu nikmatnya rasa tembakau yang ia isap dan ini akan menambah suasana hangat di bukit Sikunir. Kebiasaan merokok ada karena pergaulannya sehari-hari, baik di lingkungan keluarga dan ini di perkuat dengan perilaku budaya penduduk yang menggunakan rokok sebagai sarana menghangatkan tubuh dan sarana  melakukan interaksi sosial di masyarakat. Walaupun sebagian orang mungkin belum mengerti tentang bahaya merokok untuk dirinya dan orang sekitar. Salah satunya perilaku merokok yang di anggap biasa kini di adopsi oleh anak2 kecil termasuk Aris di Bocah Gimbal.


Semarang, 6 Juni 2015

Setiawan Widiyoko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran anda adalah cambuk motifasi penulis